Pengembangan Ternak Sapi Lokal di Desa Kedungringin
A.
Latar Belakang
Potensi pertanian yang terkandung di Dusun Karangwetan sangat besar
sekali, mengingat kondisi geografis dan sosial yang tersedia saling mendukung.
Dalam waktu beberapa tahun terakhir, saat waktu musim penghujan berhasil
memanen padi. Sedangkan saat musim kemarau juga berhasil memanen jagung dari
lahan tegalan maupun sawah. Di samping itu, mayoritas warga setempat memelihara
ternak sapi dan sebagian lainnya seperti kambing dan ayam.
Melihat potensi pertanian di atas, mereka masih memanfaatkan
potensi tersebut apa adanya. Misalnya, jerami padi kemudian batang-daun jagung
(tebon) atau sisa tanaman hasil panen untuk pakan ternak mereka bahkan ada yang
dibakar sia-sia. Padahal jika potensi tersebut dikelola, maka akan mendatangkan
kesejahteraan ekonomi yang lebih.
Mengingat potensi di atas, Sentra Pengembangan Ternak Sapi Berbasis
Kelompok Tani dirasa cocok sekali, karena masyarakat sebagian besar tergabung
dalam anggota kelompok tani dan memiliki peliharaan sapi. Sehingga dengan
adanya usaha bersama pengembangan ternak sapi akan menimbulkan multiplier
effect bagi masyarakat setempat sebagai upaya menyumbang produksi daging
nasional sekaligus ikut melestarikan dan memelihara ekosistem sapi lokal. Di samping
itu, akses pemasaran yang dekat dengan Kota-kota sekitar maupun tempat
pemotongan hewan dan dukungan dari Dinas Pertanian setempat membuat
pengembangan ternak sapi lokal terpadu menjadi suatu langkah nyata pemberdayaan
ekonomi masyarakat.
B.
Kondisi Dusun
Warga Dusun Karangwetan Desa Kedungringin berjumlah 50 KK. Berdasarkan
data dari desa setempat KK miskin berkisar 15 KK. Sebagaian besar bermata
pencaharian sebagai Petani. Di samping bertani mereka juga memelihara sapi
sebagai usaha sampingan. Letak desa yang cukup srategis karena dekat dengan
Kota Rembang dan Kota Tuban sebagai jalur peredagangan membuat akses pemasaran
setiap hasil usaha tidak mengalami kesulitan.
C.
Tujuan dan Manfaat
Munculnya konsep untuk membuat Sentra Pengembangan Ternak Sapi
Lokal di Dusun Karangwetan bertujuan:
1.
Membuat
pengembangan usaha lokal yang khas untuk membantu meningkatkan kesejahteraan
ekonomi warga setempat.
2.
Memanfaatkan
potensi dari sisa hasil pertanian yang belum termaksimalkan sebagai pakan
ternak agar memiliki nilai tambah.
3.
Mendukung
dan ikut berperan dalam program surplus daging nasional oleh pemerintah.
4.
Melestarikan
keberadaan sapi lokal yang mulai tergusur dengan keberadaan jenis sapi import.
5.
Menumbuhkan
usaha yang bersumber dari daging sapi maupun sisa kotoran sapi.
D.
Analisis SWOT
Melihat potensi dusun dan dukungan dari pemerintah setempat,
rencana pembuatan Sentra Pengembangan Ternak Sapi Lokal merupakan upaya ke arah
pengembangan dari ternak sapi yang telah dilakukan masing-masing individu agar
lebih siap, terorganisir dan memiliki multiplier effect masyarakat
setempat.
Oleh karena itu, demi terwujudnya ide bersama ini perlu dilakukan
analisis kelebihan, kelemahan, peluang maupun ancaman. Seperti berikut
penjabarannnya:
|
Kelebihan (Strength)
|
Kelemahan (Weakness)
|
|
1.
Tersedianya
sumber pakan dari sisa hasil pertanian maupun budidaya rumput kinggress.
2.
Jumlah warga yang
memelihara sapi lokal hampir merata.
3.
Memiliki
organisasi Kelompok Tani “Sejahtera”.
4.
Sapi Lokal
yang dimiliki warga gemuk-gemuk dan multiguna.
|
1.
Kesadaran
warga untuk mengembangkan ternak sapi
masih seadanya.
2.
Kurangnya
pengetahuan pengelolaan ternak sapi yang baik.
3.
Warga yang
memelihara sapi belum terorganisir.
4.
Keterbatasan
bibit dan modal.
|
|
Peluang (Opportunities)
|
Ancaman
(Threatment)
|
|
1.
Permintaan
daging sapi yang terus meningkat.
2.
Akses
pemasaran yang dekat dari Kota-kota besar di Pantura.
3.
Kebijakan
pemerintah untuk mewujudkan surplus daging dalam negeri.
4.
Dukungan dan
bantuan dari Dinas Pertanian tentang usaha Ternak Sapi berupa pemberian
modal, bibit unggul dan pemeliharaan
|
1.
Kebijakan
pemerintah terkait import daging sapi.
2.
Penyakit
berbahaya yang kadang-kadang menyerang sapi.
3.
Rawan gangguan
pencurian ternak warga.
4.
Bau kotoran
menyengat, jika tidak dikelola dengan baik.
|
E.
Lokasi dan Waktu Kegiatan
Lokasi Sentra Pengembangan Ternak Sapi Lokal ini direncanakan akan
dibuat pengkandangan secara terpadu di tanah milik desa dengan ukuran 90 m x 40 m, dengan kesuluruhan waktu
mencapai 2 bulan dari perencanaan sampai pemeliharaan.
F.
Rencana Sentra Pengembangan Ternak Sapi Lokal Berbasis Kelompok
Tani
Melihat dari analisis di atas, rencana Sentra Pengembangan Sapi
Lokal Berbasis Kelompok Tani merupakan suatu upaya pengembangan ternak dari
warga sebelumnya agar lebih terorganisir dan memiliki nilai tambah yang lebih
bagi masyarakat sekitar.
Oleh karena itu, rencana ini akan menggunakan berbagai pendekatan
di antaranya:
1.
Pendekatan
Partisipatif
Suatu
upaya untuk mendorong keterlibatan
masyarakat setempat untuk menjadikan program ini berhasil. Salah satunya
mengakomodir dan memberdayakan kelompok tani “SEJAHTERA” sebagai kelompok yang memprakarsai,
mengelola dan mengembangkan Sentra Ternak Sapi Lokal.
2.
Pendekatan
Partnership
Rencana
ini akan melibatkan instansi terkait yaitu Dinas Pertanian setempat sebagai
pensupport modal, ketrampilan tekhnis, pengelolaan, bibit unggul, atau
pemeliharaan sebagai upaya menyelaraskan program dari Dinas Pertanian. Tak
menutup juga bagi masyarakat sekitar maupun LSM yang akan mendukung adanya
rencana tersebut.
Sedangkan langkah strategis yang akan dilaksanakan untuk
mengembangkan rencana Ternak Sapi adalah:
1.
Pemberian
modal dan bibit unggul bermitra dengan Dinas Pertanian setempat maupun lembaga
keuangan.
2.
Pemberian
pelatihan ketrampilan membuat pakan ternak, pemasaran, pemanfaatan kotoran sapi
seperti kompos, biogas, dll bermitra dengan Dinas Pertanian maupun LSM.
3.
Pengkandangan
Sapi secara terpadu sebagai upaya untuk memudahkan pemeliharaan, pemanfaatan
kotoran dan sterilisasi rumah warga dari bau tak sedap. Untuk lahan telah
disediakan oleh Ketua Kelompok Tani di belakang rumahnya yang berstatus tanah
Desa, sedangkan pembangunan kandang diupayakan secara swadaya atau bergotong-royong
oleh masyarakat.
Setelah langkah strategis di atas terlaksana, perlahan dan bertahap
akan mengupayakan kelompok pemberdayaan kaum perempuan dengan memberikan
ketrampilan khusus pemanfaatan olahan daging sapi menjadi abon sapi maupun
limbah kotoran sapi untuk di buat kompos atau biogas sebagai pengganti gas LPG
atau kompor gas. Dari situlah multiplier effect tercipta, sehingga
pemberdayaan ekonomi, sosial dan politik secara langsung ataupun tidak langsung
akan dirasakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar