ABSTRAK
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
MELALUI
PENGEMBANGAN DESA WISATA
(Studi
di Desa Wisata Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, DIY)
0leh: Abdur Rohim
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah, UIN Sunan Kalijaga
Pada
dasawarsa terakhir ini, keberadaan desa wisata semakin menggeliat
ditengah-tengah upaya pemerintah mengentaskan kemiskinan. DIY sebagai salah
satu tujuan wisata nasional peringkat kedua setelah Bali memang menyimpan
kekayaan alam maupun budaya yang telah tersohor di dunia. Dari beberapa
kabupaten yang ada di DIY salah satunya adalah Kabupaten Gunungkidul. Kabupaten
Gunungkidul dikenal sebagai salah satu kabupaten yang menjadi penyumbang angka
kemiskinan tertinggi di DIY (BPS, 2012).
Ditengah fenomena kemiskinan, Gunungkidul ternyata mempunyai kekayaan alam
maupun budaya yang tidak diragukan lagi. Di tahun 2012, Desa Wisata Bejiharjo
menjadi desa wisata terbaik tingkat nasional berbasis alam oleh Kemenparekraf
RI (Kemenparekraf, 2012). Hal tersebut tidak terlepas dari upaya Pemkab
mendorong pengembangan desa wisata berbasis komunitas di Gunungkidul. Masyarakat
lokal memiliki peran penting untuk menunjang keberhasilan pengembangan desa
wisata sehingga masyarakat yang tidak berdaya (powerless) perlu
diberdayakan untuk menciptakan kemandirian dan peningkatan kesejahteraan
ekonomi (powerfull).
Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis mengenai bentuk-bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan desa wisata yang berdampak pada lini sosial-budaya maupun peningkatan
kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar. Objek wisata yang ditawarkan
diantaranya wisata alam (Goa Pindul, Goa Gelatik, Sungai Oya), wisata sejarah
(monumen serbuan Jenderal Soedirman, situs megalitikum), wisata kuliner maupun
budaya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif,
dimana prosedur penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan orang-orang yang diamati. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara (indepth interview), observasi dan
dokumentasi, yang sumber datanya adalah Pemerintah Kabupaten Gunungkidul,
pengelola Desa Wisata Bejiharjo, dan masyarakat sekitar.
Dari
hasil penelitian ditemukan bahwa adanya desa wisata berawal dari gagasan Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gunungkidul, kemudian mendapatkan respon
positif dari para penggerak lokal masyarakat seperti Bapak Subagyo, Tukijo, dan
Suratmin. Keberhasilan Desa Wisata Bejiharjo memang tidak terlepas dari upaya
pemerintah setempat membangunkan tidur panjang masyarakat untuk menggali potensi
wisata, kegigihan penggerak desa wisata yang pantang menyerah atas cercaan
pihak yang tidak mendukung, ditambah pula stimulan dana dari program PNPM
Mandiri Pariwisata dan instansi lainnya. Pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan desa wisata yang dilakukan oleh pihak pengelola Desa Wisata
Bejiharjo diterapkan dalam bidang atraksi, akomodasi, penyiapan SDM yaitu a)
pertemuan/serasehan, b) pendampingan, c) bantuan modal, d) pembangunan sarana
dan prasarana, e) pembentukan organisasi desa wisata, f) kerja bakti, g)
pemasaran. Kegiatan pemberdayaan tersebut telah memberikan dampak
sosial-budaya, ekonomi kepada masyarakat Desa Wisata Bejiharjo. Akhirnya, “demit
jadi duit”, masyarakat Desa Bejiharjo yang dahulu mengenal Goa Pindul
sebagai tempat mandi, irigasi yang penuh mitos hantu, kini menjadi primadona
bagi wisatawan dan mendatangkan berkah bagi masyarakat sekitar (trickle dowm
effect). Dibalik gemilangnya Desa Wisata Bejiharjo sebagai desa wisata
terbaik nasional, ternyata menyimpan konflik persengketaan. Hal tersebut
menjadikan sebagai suatu peringatan dan pemersatu masyarakat, pemerintah untuk
duduk bersama menyelesaikannya secara kearifan lokal tanpa menciderai
nilai-nilai sosial, budaya maupun agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar