Senin, 15 April 2013

Demit Dadi Duit; PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGEMBANGAN DESA WISATA


ABSTRAK

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MELALUI PENGEMBANGAN DESA WISATA
(Studi di Desa Wisata Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, DIY)
0leh: Abdur Rohim
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah, UIN Sunan Kalijaga 

Pada dasawarsa terakhir ini, keberadaan desa wisata semakin menggeliat ditengah-tengah upaya pemerintah mengentaskan kemiskinan. DIY sebagai salah satu tujuan wisata nasional peringkat kedua setelah Bali memang menyimpan kekayaan alam maupun budaya yang telah tersohor di dunia. Dari beberapa kabupaten yang ada di DIY salah satunya adalah Kabupaten Gunungkidul. Kabupaten Gunungkidul dikenal sebagai salah satu kabupaten yang menjadi penyumbang angka kemiskinan  tertinggi di DIY (BPS, 2012). Ditengah fenomena kemiskinan, Gunungkidul ternyata mempunyai kekayaan alam maupun budaya yang tidak diragukan lagi. Di tahun 2012, Desa Wisata Bejiharjo menjadi desa wisata terbaik tingkat nasional berbasis alam oleh Kemenparekraf RI (Kemenparekraf, 2012). Hal tersebut tidak terlepas dari upaya Pemkab mendorong pengembangan desa wisata berbasis komunitas di Gunungkidul. Masyarakat lokal memiliki peran penting untuk menunjang keberhasilan pengembangan desa wisata sehingga masyarakat yang tidak berdaya (powerless) perlu diberdayakan untuk menciptakan kemandirian dan peningkatan kesejahteraan ekonomi (powerfull).
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis mengenai bentuk-bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata yang berdampak pada lini sosial-budaya maupun peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar. Objek wisata yang ditawarkan diantaranya wisata alam (Goa Pindul, Goa Gelatik, Sungai Oya), wisata sejarah (monumen serbuan Jenderal Soedirman, situs megalitikum), wisata kuliner maupun budaya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dimana prosedur penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang yang diamati. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara (indepth interview), observasi dan dokumentasi, yang sumber datanya adalah Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, pengelola Desa Wisata Bejiharjo, dan masyarakat sekitar.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa adanya desa wisata berawal dari gagasan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gunungkidul, kemudian mendapatkan respon positif dari para penggerak lokal masyarakat seperti Bapak Subagyo, Tukijo, dan Suratmin. Keberhasilan Desa Wisata Bejiharjo memang tidak terlepas dari upaya pemerintah setempat membangunkan tidur panjang masyarakat untuk menggali potensi wisata, kegigihan penggerak desa wisata yang pantang menyerah atas cercaan pihak yang tidak mendukung, ditambah pula stimulan dana dari program PNPM Mandiri Pariwisata dan instansi lainnya. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata yang dilakukan oleh pihak pengelola Desa Wisata Bejiharjo diterapkan dalam bidang atraksi, akomodasi, penyiapan SDM yaitu a) pertemuan/serasehan, b) pendampingan, c) bantuan modal, d) pembangunan sarana dan prasarana, e) pembentukan organisasi desa wisata, f) kerja bakti, g) pemasaran. Kegiatan pemberdayaan tersebut telah memberikan dampak sosial-budaya, ekonomi kepada masyarakat Desa Wisata Bejiharjo. Akhirnya, “demit jadi duit”, masyarakat Desa Bejiharjo yang dahulu mengenal Goa Pindul sebagai tempat mandi, irigasi yang penuh mitos hantu, kini menjadi primadona bagi wisatawan dan mendatangkan berkah bagi masyarakat sekitar (trickle dowm effect). Dibalik gemilangnya Desa Wisata Bejiharjo sebagai desa wisata terbaik nasional, ternyata menyimpan konflik persengketaan. Hal tersebut menjadikan sebagai suatu peringatan dan pemersatu masyarakat, pemerintah untuk duduk bersama menyelesaikannya secara kearifan lokal tanpa menciderai nilai-nilai sosial, budaya maupun agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar