Biografi (riwayat hidup) Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga adalah gelar yang diberikan kepada Raden Mas Syahid, beliau putra dari Tumenggung Wilatikta, Bupati Tuban. Tumenggung Wilatikta adalah keturunan Ranggalawe yang sudah beragama Islam dan berganti nama Raden Sahur. Ibunya bernama Dewi Nawangrum dan Raden Sahid ini menikah dengan Dewi Sarah binti Maulana Ishak dan berputra tiga orang yaitu: Raden Umar Said atau Sunan Muria, Dewi Rukoyah dan Dewi Sofiah. Beliau lahir dari kalangan keluarga bangsawan asli di Istana Tumenggung Ario Tejo alias Adipati Wilwatikto di Tuban, ia di didik dalam bidang pemerintahan dan kemiliteran, khususnya di bidang Angkatan laut, ia juga ahli dibidang pembutan kapal laut yang dibuat dari kayu jati, yang nama mudanya atau nama kecil adalah Raden Mas Syahid atau Jaka said. Raden Sahid sewaktu kecil sudah mempunyai rasa solidaritas yang tinggi pada kawan-kawannya, ia bahkan tak segan-segan masuk dan bergaul kedalam lingkungan rakyat jelata. Ketika itulah ia tidak tahan lagi melihat penderitaan orang-orang miskin pedesaan. Maka pada waktu malam-malam, ia sering mengambili sumber bahan makanan dari gudang Kadipaten dan memberikannya kepada rakyat-rakyat miskin.
Lama-lama tindakan Raden Sahid itu diketahui oleh ayahnya, maka ia mendapatkan hukuman yang keras, yakni diusir dari istana. la akhirnya mengembara tanpa tujuan yang pasti. Dan kemudia ia menetap di hutan Jatiwangi. Dihutan itu ia meneruskan pekerjaannya sebagai berandal. la merampok orang-orang kaya yang pelit kepada rakyat kecil. Hasil rapokannya diberikan kepada rakyat-rakyat miskin. Dan dari situlah sunan kalijaga bertobat atas perbuatannya walaupau baik bagi dirinya ,tapi bagi allah berdosa sama seperti mencuci pakaian dengan air kencing, kata sunan bonang, akhirnya ia menjadi murid sunan bonang. Sunan kalijaga disuruh menjaga tongkat sunan bonang selama 3 tahun, setelah 3 tahun sunan kalijaga dibangunkan dari pertapanya dan diberinya kain putih dan surban sebagai awal tugas beliau untuk berdakwah. Sunan kalijaga menuntuk ilmu kepada sunan gunung jati, syekh suta baris di malaka.
Ayahanda Sunan kalijaga bernama Arya Sidik dijuluki Arya Ing Tuban, Arya Sadik dipastikan merupakan perubahan dari nama Arya Sidik, dan nama ini merupakan nama asli dari Ayahanda Sunan kalijaga yang menurut Babad Tuban bukan seorang priburni Jawa, melainkan berasal dari kalangan masyarakat Arab dan merupakan seorang Ulama .
Tahun kelahiran serta wafat Sunan Kalijaga belum dapat dipastikan, hanya diperkirakan ia mencapai Usia lanjut. Diperkirakan ia lahir kurang lebih 1450 M berdasarkan atas suatu sumber yang menyatakan bahwa Sunan Kalijaga kawin dengan putri Sunan Ampel pada usia kurang lebih 20 tahun, yakni tahun 1470. Sedangkan Sunan Ampel lahir pada tahun 1401 dan mempunyai anak wanita yang dikawini oleh sunan kalijaga itu pada waktu ia berusia 50 tahun. Masa hidupnya menglami 3 masa pemerintahan yaitu: masa akhir Majapahit, Zaman Kesultanan Demak dan Kesultanan Pajang. Kerajaan Majapahit runtuh pada tahun 1478 M, kemudian disusul Kesultanan Demak berdiri pada tahun 1481 sampai 1546 M, dan disusul pula Kesultanan Pajang yang diperkirakan berakhir pada tahun 1568 M. Diperkirakan, pada tahun 1580 M Sunan Kalijaga wafat hal ini dapat dihubungkan dengan gelar kepala Perdikan Kadilangu semula adalah sunan Hadi, tetapi pada mas Jolang di Mataram(1601-1603), gelar itu diganti dengan sebutan Panembahan Hadi. Dengan demikian, Sunan Kalijaga sudah diganti putranya sebagai kepala Perdikan kadilangu sebelum zaman Mas Jolang yaitu sejak berdirinya kesultanan Mataram pemerintahan Panembahan Senopati atau sutawijaya( 1673-1601). Dan pada awal pemerintahan Mataram, menurut Babad Tanah jawi versi Meisma, dinyatakan Sunan kalijaga pernah datang ketempat kediaman Panembahan Senopati di Mataram memberikan saran bagaimana cara membangun kota. Dengan demikian Sunan Kalijaga diperkirakan hidup lebih dari 100 tahun lamanya yakni sejak pertengahan Abad ke-15 sampai dengan akhir Abad ke-16.
Tentang asal-usul keturunannya, ada beberapa pendapat, ada yang menyatakan keturunan Arab asli, yang lain menyatakan keturunan Cina dan ada pula yang mengatakan keturunan Jawa asli. Masing-masing pendapat mempunyai sumber yang berbeda.
II
Metode Dakwah Sunan Kalijaga
A. Metode/pendekatan dakwah
Sunan kalijaga ataupun para walisongo ketika berdakwah menggunakan pendekatan/metode baik bersumber al qur’an ataupun sunnah rasul maupun pendekatan sosio-culture. Diantaranya sebagai berikut :
1. mujadillah billatihiya ahsan
Metode ini dipakai ketika para wali berdakwah menghadapi para pemimpin,adipati (an-nahl 125). Dengan berdebat sebaik-baiknya,tukar pikiran-yg pada akhirnya para adipati/pemimpin masuk agama islam.
Sunan kalijaga adipati pandanaran, ki gede mataram, mpu supagatidll.
Sunan ampel arya damar dll.
2. Metode al-hikmah
Jalan kebijaksanaan yg diselenggarakan scr atraktif dan sesuai budaya(syara’ sesuai adat, adat sesuai syara’)
3. Tarbiyatul ummat
Pendidikan ummat (education), pembentukan , penanaman kader da’wah
Cara-cara atau jalan yang ditepuh oleh Sunan Kalijaga khususnya dalam menyampaikan Ajaran Islam kepada rakyat ditanah Jawa Antara lain ialah:
a) Ajaran Agama Islam itu diperkenalkan kepada rakyat dengan cara menyampaikan sedikit demi sedikit agar mereka tidak kaget atau tidak menolak. Dihindarkan cara- cara yang dapat menyinggung perasaan atau jiwa mereka yang sudah lama menganut kepercayaan-kepercayaan agama Hindu, Budha dan lainnya.
b) Apabila memungkinkan ajaran-ajaran Agama Islam itu dikawinkan dengan kepercayaan Agama Hindu dan Budha, sehingga rakyat tidak terasa bahwa dirinya telah merubah kepercayaan lamanya atau dengan Ajaran agama Islam.
c) Adat-istiadat atau kebudayaan yang selama ini mereka hidup akan sesuai dengan ajaran Agama Hindu, Budha atau kepercayaan nenek moyang yang ditingalkan kepada mereka, lalu oleh para Wali Sanga khususnya Sunan Kalijaga Adat-istiadat atau kebudayaan itu secara pelan-pelan diganti dengan bentuk upacara-upacaraTradisional yang berbau ajaran Islam. Jadi para Wali (Sunankalijaga) tidak begitu saja memberantas adat Istiadat mereka dengan cara kasar yang dapat menimbulkan sikap Antipati terhadap ajaran Agama Islam.
Ki Siswoharsoyo dalam/Serat Guna cara Agama /mengatakan bahwa Sunan Kalijaga, dalam kaitannya dengan kebudhaan dan keislaman pernah mengajukan usul pada rapat para Wali. Isi usul antara lain sebagai berikut: Usaha untuk merubah kuatnya pendirian rakyat yang masih tebal kepercayaan terhadap Agama Budha, agar supaya mau memeluk Agama Islam, harus diusahakan dengan cara yang begitu rupa, sehingga hatinya tetap senang dan terbuka. Cara-cara usaha yang baik yang disukai oleh rakyat itu, harus seiring dengan tata cara rakyat banyak, yang bertalian dengan kepercayaan Agama mereka yang lama (Budha). Ajaran keislaman yang disampaikan kepada rakyat harus di berikan sedikit demi sedikit sehingga mereka merasa gampang dan ringan mengamalkan ajaran Agama islam. Mengamalkan Rukun Islam yang ke-5 walaupun baru Syariat namanya tetapi bagi orang yang baru mendengar sudah merasa berat. Kalau dipaksa harus mengamalkan seluruhnya.
Masyarakat kita bangsa Indonesia, khususnya Jawa masih gemar sekali hal wayang itu, mulai dari dahulu hingga sekarang baik di desa maupun di kota. Oleh karena itu wali Sanga memperhatikan tersebut untuk keperluan memasukkan dakwah islamiyah. Ketika mendalang itulah Sunan kalijaga menyisipkan ajaran-ajaran islam. Lakon yang di mainkan tidak lagi bersumber dari kisah Ramayana dan Mahabarata. Sunan Kalijaga mengangkat kisah-kisah karangan, dengan wayang Sunan Kalijaga menyajikan kata-kata mutiara yang bukan saja untuk persembahyangan, meditasi, pendidikan, pngetahuan, hiburan, tetapi juga menyediakan pantasi untuk nyanyian, lukisan estetis dan menyajikan iajinasi puitis untuk petua-petua religius yang mampun mempesona dan menggetarkan jiwa manusia yang mendengarkannya. Wayang cermin bagi kehidupan manusia, perwatakan manusia yng berbeda-beda digambarkan oleh wayang baik yang sedang di jejer, disamping maupun dikothak .
Wayang itu sebagai media dakwah yang senantiasa dipergunakan oleh Sunan Kalijaga dalam kesempatan dakwahnya di berbagai daerah, dan ternyata wayang ini merupakan media yag epektif dapat mendekatkan dan menarik simpati rakyat terhadap agama. Kemampuan Sunan Kalijaga dalam mendalang (memainkan wayang) begitu memikat, sehingga terkenallah berbagai nama samaran baginya di berbagai daearah. Jika beliau mendalang di daerah Pajajaran dikenal dengan nama Ki Dalang Sidabrangti, bila beliau mendalng di legal dikenal dengan nama Ki Dalang Bengkok, dan bila beliau mendalang didaerah Purbalingga terkenal dengan nama Ki Dalang Kumendung.
Pembuatan wayang dari kulit kerbau, dimulai oleh Sunan Kalijaga pada jaman Raden Patah, yang bertahta di Demak. Sebelumnya lukisan wayang yang menyerupai bentuk manusia sebagaimana yang terdapat pada relief candi panataran di daerah Blitar. Lukisan yang mirip manusia oleh sebagian ulama dinilai bertentangan dengan Syara. Para wali, terutama Sunan kalijaga, kemudian menyiasatinya dengan mengubah dari lukisan yang menghadap menjadi miring. Dahulu memakai pahatan pada bagian mata, telinga, perhiasan dan lain-lainnya wayang hanya digambar saja. Dengan mengubah bentuk dan lukisan wayang berbeda dengan bentuk manusia sesungguhnya, akan tidak ada alasan lagi untuk menuduh bahwa wujud wayang melanggar hukum fiqih Islam. Selain itu atas saran para Wali Sunan Kalijaga juga membuat tokoh semar, petruk, gareng dan bagong sebagai tokoh panakawan yang lucu. Kadangkala, ia menggunakan tokoh bancak dan doyok.
Adapun tata cara ayang menjadi kepercayaan Agama lama yang harus dirubah menurut Sunan Kalijaga ada 3 hal:
a) Bab Samadi, sebagai puji mengheningkan cipta itu mengandung maksud untuk mencari Sasmita dan berita batin mengenai hal-hal yang sudah lewat dan yang akan datang, itu harus diusahakan agar berubah menjadi Sholat wajib.
b) menyajikan kebaktian kepada lelembut, yakni mahkluk-mahkluk halus yang Ghaib seperti Jin dan Syetan agar membantu maksud serta keinginannya, dan terutama jangan hendaknya menggoda dan menggagu raktyat setempat. Hal ini sedikit demi sedikit harus diubah sehinga menjadi tata cara pemberian sedekah kepada Fakir miskin, tetangga dekatnya, sanak keluarga, famili, dan sebagainya.
c) Bab Keramaian upacara tradisi keagamaan, pemeluk Agama yang lama jika mengadakan peralatan perkawinan, yang kaya membuat keramaian meniru dewa yang dianutnya, misalnya:
d) Upacara atau hiasan tumbuh-tumbuhan serta kembar mayang yang diatur sebagai Hiasan dalam upacara perkawinan. Itu yang ditiru pertamanan pohon Kelepu Dewa Daru.
e) Suara Gamelan yang dipukul oleh para niaga itu meniru Gamelan Lokananta dikhayangan.
f) Wanita menari sambil Sesindenan atau menyanyi menurutkan Irama Gamelan, itu yang ditiru tarian Waranggana mengelu-elukan datangnya para dewa.
g) Pria yang menanggapi tarian Waranggana, yang diikuti oleh yang lain-lain yang kemudian dinamai Tayuban, itu yang ditiru adalah gerak kedatangan para Dewa.
Tata cara demikian itu oleh islam, terang sekali hukumnya: /Musyrik/ yang berarti menduakan Tuhan dan /Haram/ yang artinya dilarang untuk dikerjakan. Oleh karena itu sedikit demi sedikit harus di usahakan untuk dihilangkan. Walaupun begitu, usahanya harus disertai kebijaksanaan sehingga dapat membuka hati rakyat banyak.
Tata cara yang ada hubungannya dengan kepercayaan agama tadi (Semadi, sesaji, keramaian), apabila justru di gunakan alat penerangan dengan cara yang bijaksana, artinya kekeliruan itu di luruskan dengan perlahan-lahan, maka rakyat lekas sekali bisa mengikuti ajaran islam yang benar, misalnya upacara memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Surakarta dan Yogyakarta dengan keramaian sekaten, grebeg maulud, grebeg besardan grebeg.
B. Faktor- faktor yang menyebabkan dakwah(islamisaai) berhasil
Keberhasilan dakwah sunan kalijaga ataupun walisongo disebakan oleh berbagai faktor diantaranya:
a. Keadaan dari wali sanga
• Para wali dapat memenuhi tuntutan da’wah dari al-qur’an & hadits. Seperti keikhlasan, nilaai musyawarah.
• Mempunyai iradah(kemauan), social awareness(kesadaran masyarakat)
• para bangsawan yang di hormati
b. Faktor ajaran islam
• masuk agama islam itu sederhana ~ mengucapkan kalimat syahadat telah dianggap islam
• Islam mampu dan fleksibel terhadap tradisi lokal asalkan adat sesuai syara’, syara’ sesuai adat
c. Faktor keadaan/ suasana
• da’wah wali songo bersamaan dengan keruntuhan majapahit yang semakin lemah suasana masyarakat, politik, ekonomi,akhir majapahit lapuk sehingga masyarakat.
• rindu akan pembaharuan, kerinduan ini terobati dengan islam (da’wah) oleh walisongo
• islam tidak membeda-bedakan golongan dan mengajarkan persamaan
• islam memberikan aspirasi baru dan memperluas pandangan masyarakat. Jawa, optimisme setelah lama diikat oleh pesimisme agama hindu-budh
III
Jasa-jasa(maha karya) atas dakwah Sunan Kalijaga
Sunan kalijaga adalah termasuk salah seorang dari kalangan Walisanga yang tergolong muda saat itu, lagipula paling berat tugasnya. Maka apabila Sejarah beliau diteliti sesungguhnya tidak sedikit jasa-jasanya Beliau dikenal dengan Mubaligh. Ahli Seni, Budayawan, ahli filsafat, sebagai dalang dalam wayang kulitdan sebagainya.
1. Sebagai Mubaligh
Beliau dikenal sebagai Ulama besar, seorang wali yang memiliki Kharisma tersendiri diantara Wali-wali yang lainnya. Dan paling terkenal dikalangan atas maupun dari kalangan bawah. Hal ini disebebkan Sunan Kalijaga berkeliling dalam berdakwah, sehingga beliau dikenal sebagai Syekh Malaya yaitu Mubaligh yang menyiarkan Agama Islam sambil mengembara. Caranya berdakwah sangat luwes rakyat Jawa yang pada waktu itu masih banyak menganut kepercayaan lama tidak ditentang Adat Istiadat. Beliau mendekati rakyat yang masih awam itu dengan cara halus, bahkan dalam berpakaian beliau tidak memakai Jubah sehingga rakyat tidak merasa angker dan mau menerima kedatagannya dengan senang hati. Pakaian yang dikenakan sehari-hari adalah pakaian adat Jawa yang di desain dan disempurnakan sendiri secara Islami adat istiadat rakyat. Pendiriannya adalah rakyat dibuat senang dulu, direbut simpatinya sehingga mau menerima Agama Islam, mau mendekat kepada para Wali. Sesudah itu barulah mereka diberi pengertian Islam yang sesungguhnya dan dianjurkan membuang adat yang bertentangan dengan Agama Islam.
Kesenian rakyat baik yang berupa Gamelan, Gending dan tembang-tembang serta Wayang yang dimanfaatkan sebesar-besarnya sebagai alat dakwah. Dan ini ternyata membawa keberhasilan yang gemilang, hampir seluruh rakyat Jawa pada waktu itu dapat menerima ajakan Sunan Kalijaga untuk mengenal Agama Islam.
2. Sunan Kalijaga ahli dalam bidang Strategi Perjuangan
Seperti diketahui bahwa Walisanga didalam menyebarkan Agama Islam ditanah Jawa ini tidak begitu saja melangkah, melainkan mereka menggunakan cara-cara dan jalan atau Strategi yang diperhitungkan benar-benar, memakai pertimbangan-pertimbangan yang matang, tidak asal-asalan sehingga Agama Islam disampaikan kepada rakyat dapat diterima dengan mudah dan penuh kesadaran, bukan karena terpaksa.
Sunan Kalijaga didalam menyebarkan Ajaran-ajaran Agama Islam benar-benar memahami dan mengetahui keadaan rakyat yang masih kental dipengaruhi kepercayaan Agama Hindu-Budha dan gemar menampilakan budaya-budaya Jawa yang berbau kepercayaan itu. Maka bertindaklah beliau sesuai dengan keadaan yang demikian itu, sehingga taktik dan Strategi perjuangan beliau disesuaikan pula dengan keadaan Ruang dan Waktu.
3. Bidang Kesenian
Sunan Kalijaga ternyata mampu menciptakan kesenian dengan berbagai bentuknya. Maksud utama kesenian itu diciptakan adalah sebagai alat dalam bertabligh mengelilingi berbagai daerah yang ternyata justru mempunyai nilai sejarah yang berharga bagi Bangsa Indonesia. Kesenian yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga tersebut berupa Wayang lengkap dengan Gamelannya.
Serta masih banyak yang diciptakan Sunan Kalijaga dibidang seni termasuk seni lukis dan sebagainya. Dari sinilah maka sunan Kalijaga kemudian terkenal dikalangan masyarakat Jawa sampai sekarang sebagai seorang ahli Seni. Dilain pihak Sunan Kalijaga juga mencipatakan cerita-cerita pewayangan yang kemudian dikumpulkan dalam kitab-kitab cerita wayang dan sampai sekarang masih ada.
4. Bidang arsitektur
Disamping jasa-jasa beliau tadi, maka masih ada juga jasa-jasa yang lain, seperti pendirian Masjid Agung Demak, Sunan Kalijaga tidak ketinggalan ikut serta membangun Mesjid bersejarah itu dan hasil karya beliau yang sangat terkenal sampai sekarang yaitu Soko Tatal artinya tiang kokoh dalam Masjid Agung Demak yang terbuat potongan-potongan Kayu Jati, lalu disatukan dalam bentuk tiang yang berdiameter kurang lebih 70 Cm.
IV
Ibrah/ pelajaran
Setelah kita mempelajari aspek-aspek dari kanjeng sunan kalijaga, dapat kita ambil beberapa pelajaran diantaranya:
a. Kegigihan ,kepedulian dan perjuangan sunan kalijaga yang mengantarkan kesuksesan ketika berdakwah(islamisasi) baik kepada raja atau rakyat jelata tanpa ada perbedaan, tentunya dakwah dilakukan dengan kearifan local(artinya dakwah sunan kalijaga tidak lepas dari pendekatan budaya).
b. Dalam kutipan ajaran hidup dari kanjeng Sunan Kalijaga adalah Marsudi Ajining atau Menyembah Allah SWT dengan mematuhi segala perintah dan menjauhi larangan-larangannya, mengabdi atau berbakti kepada orang tua yang telah melahirkan dan membesarkan, maguru atau mencari ilmu, martapa atau laku prihatin hidup sederhana dan tidak berlebihan sert amakarya atau laku sebagai syarat dan bekal menjalani hidup di dunia. Disamping itu ketika berda’wah, kita harus mengenali fitrah masing-masing individu, masyarakat agar dakwah-lancar.
c. Dapat kita ambil suatu kesimpulan (kesuksesan sunan kalijaga) bahwasannya da’wah harus dibina diatas 4 dasar pokok yaitu:
1. Al huluj balagah (alasan yang jitu)
2. Al asalibul hakimah (susunan kata yang bijaksana dan penuh hikmah)
3. Al adabus samiyah (sopan santun yang mulia)
4. As siyasatul hakimah (siasat yang bijak)